“Urip iku mung mampir ngombe, nanging sak tembe kudu bali, numpak swara kang suci.”
(Hidup hanyalah singgah sejenak, namun kelak harus kembali, menaiki suara yang suci.)
Filosofi ini mengajak manusia mengenal jati dirinya: bahwa hidup adalah tugas, bukan sekadar keberadaan.
Da-Ta-Sa-Wa-La: Kesanggupan Menerima Takdir
Baris kedua, da-ta-sa-wa-la, mengandung makna “manusia tidak boleh menolak saat dipanggil kembali”. Manusia yang telah ditiupkan ruh tak memiliki hak untuk menolak kehendak Sang Pencipta.
Dalam tradisi Jawa, hidup bukan sekadar perjuangan, tapi juga penerimaan. Masyarakat Jawa mengenal istilah nerima ing pandum—menerima segala takdir dengan lapang dada, sembari tetap ngupaya atau berikhtiar sekuat tenaga.