“Hanacaraka, datasawala, padha jayanya, magabathanga” – bukan sekadar huruf, tapi kitab jiwa dari tanah Jawa.
SENI & SASTRA – Di balik ukiran-ukiran tembaga, pahatan kayu di pintu-pintu pendapa, dan coretan-coretan indah pada seragam sekolah, aksara Jawa atau yang dikenal sebagai hanacaraka menyimpan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar lambang bunyi.
“Ia adalah bahasa batin, kitab sunyi yang mengajarkan manusia tentang asal, tujuan, dan arah pulang kehidupan.
Aksara Jawa tidak hanya sekadar alat komunikasi visual, melainkan cermin dari kesadaran spiritual masyarakat Jawa.
Dalam empat baris aksara yang tampak sederhana itu, tersimpan filsafat luhur yang diwariskan turun-temurun,kisah tentang penciptaan, pengabdian, hingga keikhlasan.
Sebagaimana disebutkan dalam karya Estu Pitarto Mengenal Aksara Jawa, tiap baris hanacaraka memiliki makna yang menggambarkan siklus hidup manusia, dari diciptakan hingga kembali kepada-Nya.
“Ha na ca ra ka”—lima huruf pertama ini berarti “ada utusan”. Utusan yang dimaksud bukan manusia biasa, tetapi nafas yang dihembuskan Tuhan ke dalam tubuh manusia. Di sini tersirat kesadaran bahwa setiap insan hidup membawa titah, membawa pesan ilahi dalam dirinya.
OPINI - Di ujung jalan kampung yang senyap, berdiri warung-warung kecil. Di sana, asap rokok tak…
"KPK protes keras: kalau Direksi BUMN bukan penyelenggara negara, siapa yang bertanggung jawab atas duit…
GORONTALO– Kejaksaan Negeri Gorontalo Utara kembali menyoroti kasus serius terkait penyalahgunaan bahan bakar bersubsidi.(8/5/2025) Pukul…
EKONOMI - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, rupiah kembali membuka pekan dengan langkah terhuyung-huyung. Mata…
OPINI - Di suatu dinas yang tak perlu disebut namanya karena semua orang sudah bisa…
"Indonesia ramah, tapi bukan berarti bebas menginap seenaknya tanpa izin Keimigrasian " SURABAYA - Seorang…