Tujuh Kubah yang Menghadap Langit: Arsitektur dengan Filosofi Mendalam
Namun, yang paling menarik dari masjid ini bukan hanya sejarahnya, melainkan bentuk dan desainnya yang begitu khas. Masjid Jami’ AI-Baitul Amien memiliki tujuh kubah besar yang tampak seperti permata yang menjulang tinggi ke langit.
Kubah-kubah ini bukan sekadar ornamen arsitektur, melainkan lambang dari luasnya kebutuhan umat manusia yang tak terbatas oleh ruang dan waktu.
Di setiap lekuk kubah tersebut, terdapat pengingat akan kekuasaan Tuhan yang Maha Besar, yang menciptakan alam semesta dengan segala keajaiban dan kebesaran-Nya.
Pemilihan bentuk bundar bukan tanpa alasan. Bentuk tersebut menggambarkan kesatuan yang melintasi batas agama dan budaya.
Dari Kubah As-Sakhrah di Masjid Al-Aqsa, hingga ibadah thawaf yang mengelilingi Ka’bah, bentuk bundar ini mencerminkan keharmonisan yang ada dalam setiap dimensi kehidupan.
Bahkan, masjid-masjid legendaris seperti Masjid Ibnu Tulun dan Masjid Al-Azhar pun menggunakan bentuk yang serupa, membuktikan bahwa desain ini adalah simbol universal yang diterima di berbagai penjuru dunia.
Simbolisme Tujuh Kubah dan Tiang Penyangga yang Mengingatkan Sejarah
Masjid ini dikenal dengan julukan “Masjid Jamur” atau “Masjid Tujuh Kubah,” dan julukan itu bukan tanpa alasan.
Lima kubah utama yang kokoh berdiri, dengan satu kubah terbesar yang mengesankan, ditambah dua kubah kecil yang digunakan untuk tempat wudhu, melambangkan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi-sebuah pengingat akan kebesaran Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan kehendak-Nya yang tak terhingga.
Di dalam kubah utama, terdapat 17 tiang penyangga yang kokoh. Angka ini bukan sekadar angka, melainkan simbol dari dua peristiwa penting: