“Kalau dulu dengar kata “Burnik”, yang kebayang pasti lampu remang-remang dan cerita bisik-bisik.
“Tapi sekarang? Eh, jangan salah! Burnik ganti baju jadi Burnik City – pusat wisata air, budaya, dan tempat healing favorit warga Situbondo.
WISATA – Pemerintah daerah kerja bareng dengan dinas, UMKM, dan komunitas kreatif. Hasilnya? Sungai dihias, panggung ponton terapung dibikin, dan rencana acara “Music on the River” siap digelar.
Bayangin: nonton band sambil nyeker di pinggir sungai, syahdu pol!
“Pokoknya, sekarang Burnik itu tempat main yang terang, bukan tempat remang-remang,” kata Mas Andre sambil tersenyum.
Ada juga jogging track 2 km buat yang mau olahraga, atau sekadar cari alasan buat beli cilok dan es degan di pinggir jalan.
Lapak-lapak UMKM juga makin rame, dari tahu crispy sampai kerajinan tangan hasil karya warga.
Sekda Wawan bilang, ini bukan cuma proyek wisata, tapi juga panggung rejeki buat warga.
“Anak muda bisa tampil, emak-emak bisa dagang, dan Bapak-bapak bisa bangga,” ujarnya.
Tagline-nya keren banget: “Burnik City: Wisata Sawah, Sungai, dan Seni.” Yang dulunya malu-malu, sekarang malah bikin bangga!. (Noe)